Ekskavasi di Lembah Sungai Indus
Peradaban Lembah Sungai Indus,
2800 SM–1800 SM, merupakan sebuah peradaban kuno yang hidup sepanjang Sungai
Indus dan sungai Ghaggar-Hakra yang sekarang merupakan wilayah Pakistan dan India
barat. Peradaban ini sering juga disebut sebagai Peradaban Mohenjodaro dan Harappa Lembah Indus, karena kota
penggalian pertamanya disebut Harappa, atau juga Peradaban Indus Sarasvati karena Sungai Sarasvati yang mungkin
kering pada akhir 1900 SM. Pemusatan terbesar dari Lembah Indus berada di timur
Indus, dekat wilayah yang dulunya merupakan Sungai Sarasvati kuno yang pernah
mengalir.
Situs Mohenjodaro
1.
Mohenjodaro
Benda-benda yang
ditemukan: huruf, bangunan, perhiasan, alat rumah tangga, permainan anak-anak
yang sudah dihiasi berbagai seni gambar dan seni ukir yang indah, mereka telah
mengenal biantang: gajah, unta, kerbau, anjing. Berdasarkan benda-benda yang
ditemukan di Mohenjodaro, maka dapat disimpulkan bahwa peradaban Lembah Sungai
Indus di Mohenjodaro sudah sangat tinggi.
2. Harappa
Benda-benda yang
ditemukan: arca-arca, patung (terra cotta) yang diukir seperti bentuk wanita
telanjang dg dada terbuka. Ukiran itu member makna bahwa ibu merupaka sumber
kehidupan; alat dapur dari tanah liat, periuk belanga, pembakaran dari batu keras
(masih kuat sampai sekarang); sebuah patung pohon disamping dewa (gambaran
kesucian pohon bodhi tempat Sidharta menerima wahyu) beberapa ratus tahun
kemudian; arca-arca yg melukiskan lembu yg menyerang harimau; lembu yang
bertanduk, sebagai gambaran bahwa mereka sangat mensuckan binatang. Hal ini
tampak ketika masyarakat India mensucikan sapi sampai sekarang.
Kesimpulan:
Peradaban LSI sama dengan kebudayaan di Sumeria dan Babylonia: mereka ahli
dalam pembuatan barang batu dan logam; mengenal huruf pictograph (huruf yg
terdiri dari gambar yg berbentuk binatang, seperti ikan. LSI juga dapat
dikatakan lebih tinggi daripada di Eropa pada saat yang sama.
BANGSA ARYA
Bangsa Arya atau Indo Arya mendiami
kawasan di sebelah timur sungai Indus: Diantara sungai Sutlej dan Yamuna. Arya
adalah bangsa pengembara. Mereka memiliki kemampuan bersyair yang tinggi walau
tidak mengenal bahasa tulis. Tradisi lisan ini merupakan transisi masa
prasejarah dan sejarah. Diduga bahwa syair-syair yang dibuat oleh bangsa Arya
dibuat setelah kebudayaan Harappa dan Mohenjodaro runtuh, sekitar 1500-1000 SM.
Kedatangannya di India harus menyingkirkan terlebih dulu masyarakat sebelumnya,
yakni masyarakat pendukung kebudayaan Mohenjodaro dan Harappa. Ciri masyarakat
itu adalah berbahasa Dravida, dan tidak berhidung (menurut kitab Veda), bibir
tebal, kulit hitam, dan menyembah dewa phallus (dewa kejantanan).
Bangsa Arya sangat menghargai
wanita. Hal itu terbukti ketika para wanita dipercayakan untuk mengatur rumah
tangga, membangi kurban, mengatur para budak dan anggota keluarga yang lain.
Wanita juga ditugaskan menggiling gandum, mencuci alat-alat dapur, dan
melahirkan anak (laki-laki). Budaya Arya sangat mendambakan anak-anak
laki-laki, jika tidak diperoleh maka istri bisa dicerai. Begitupula ketika
suami meninggal, maka sang istri harus menaiki pancake, tempat pembakaran
jenazah suami dan ikut terbakar bersama suami. Abu jenazah serta tulang
belulang dicuci dan disimpan dalam guci.
Kebiasaan lain bangsa Arya yaitu
gemar melakukan lomba perang-perangan atau lomba memanah. Tari-tarian dilakukan
dengan gembira yg diiringi dg music. Mereka juga punya kebiasaan bermain judi
(permainan dadu). Perkawinan hanya terjadi pada wanita dewasa dan tidak dikenal
poligami, kecuali para kepala suku. Bagi mereka perkawinan adalah sesuatu yang
suci. Hal itu dapat dilihat dalam kitab veda: “Saya menggandeng tanganmu untuk
kebahagiaan dan kebesaranmu sampai ke hari tua dengan saya suamimu”.
KITAB RAMAYANA DAN
MAHABARATA
Inti cerita tersebut adalah kisah
perjalanan Bangsa Arya. Kedua, kedudukan pendeta tidak terlalu penting dibading
ksatria. Ketiga, kemegahan yg terbesar adalah mati dalam pertempuran, yg bakal
menjamin kemasyuran abadi. Prajurit harus ditopang dengan kejujuran ketika
berhadapan dengan musuhnya. Sedangkan wanita digambarkan sebagai wanita
setengah pria, yg menjadi teman sejati, sumber abadi dari sifat baik,
kesenangan dan kekasih dalam keluarga. Istri yg baik adalah telam dalam
kesunyian, seorang ayah yang member nasehat, dan suatu peristirahatan dalam
menempuh pengembaraan hidup.
Epos Ramayana
Arjuna dan Khrisna dalam Mahabharata
1.
Pusat Peradaban
Peradaban Lembah Sungai Indus diketahui melalui
penemuan-penemuan arkeologi-di Kota Harappa dan Mohenjodaro. Kota Mohenjodaro
diperkirakan sebagai ibukota daerah Lembah Sungai Indus bagian selatan dan Kota
Harappa sebagai ibukota Lembah Sungai Indus bagian utara. Mohenjodaro dan
Harappa merupakan pusat peradaban bangsa India pada masa lampau.
2.
Tata Kota
Di Kota Mohenjodaro dan terdapat gedung-gedung
dan rumah tinggal serta pertokoan dibangun secara teratur dan berdiri kukuh.
Gedung-gedung dan rumah tinggal dan pertokoan itu sudah terbuat dari batu bata
lumpur. Wilayah kota dibagi atas beberapa bagian atau blok yang dilengkapi
jalan yang ada aliran airnya.
3.
Sistem Pertanian dan Pengairan
Daerah Lembah Sungai Indus merupakan daerah
yang subur. Pertanian menjadi mata pencaharian utama masyarakat India. Pada
perkembangan selanjutnya, masyarakat telah berhasil menyalurkan air yang
mengalir dari Lembah Sungai Indus sampai jauh ke daerah pedalaman. Pembuatan
saluran irigasi dan pembangunan daerah-daerah pertanian menunjukkan bahwa
masyarakat Lembah Sungai Indus telah memiliki peradaban yang tinggi.
Hasil-hasil pertanian yang utama adalah padi, gandum, gula/tebu, kapas, teh,
dan lain-lain.
4.
Sanitasi (Kesehatan)
Masyarakat Mohenjodaro dan Harappa telah
memperhatikan sanitasi (kesehatan) lingkungannya. Teknik-teknik atau cara-cara
pembangunan rumah yang telah memperhatikan faktor-faktor kesehatan dan
kebersihan lingkungan yaitu rumah mereka sudah dilengkapi oleh jendela.
5.
Teknologi
Masyarakat Lembah Sungai Indus sudah memiliki
ilmu pengetahuan dan teknologi, Kemampuan mereka dapat diketahui melalui
peninggalan-peninggalan budaya yang ditemukan, seperti bangunan Kota
Mohenjodaro dan Harappa, berbagai macam patung, perhiasan emas, perak, dan
berbagai macam meterai dengan lukisannya yang bermutu tinggi dan alat-alat
peperangan seperti tombak, pedang, dan anak panah
6.
Pemerintahan
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan
Maurya antara lain sebagai berikut :
a.
Candragupta
Maurya
Setelah berhasil menguasai Persia, pasukan
Iskandar Zulkarnaen melanjutkan ekspansi dan menduduki India pada tahun 327 SM
melalui Celah Kaibar di Pegunungan Himalaya. Pendudukan yang dilakukan oleh
pasukan Iskandar Zulkarnaen hanya sampai di daerah Punjab. Pada tahun 324 SM
muncul gerakan di bawah Candragupta. Setelah Iskandar Zulkarnaen meninggal
tahun 322 SM, pasukannya berhasil diusir dari daerah Punjab dan selanjutnya
berdirilah Kerajaan Maurya dengan ibu kota di Pattaliputra.
Chandragupta Dynasti
Candragupta Maurya menjadi raja pertama Kerajaan Maurya. Pada
masa pemerintahannya, daerah kekuasaan Kerajaan Maurya diperluas ke arah timur,
sehingga sebagian besar daerah India bagian utara menjadi bagian dari
kekuasaannya. Dalam waktu singkat, wilayah Kerajaan Maurya sudah mencapai
daerah yang sangat iuas, yaitu daerah Kashmir di sebelah barat dan Lembah
Sungai Gangga di sebelah timur.
b.
Ashoka
Ashoka memerintah.Kerajaan Maurya dari tahun
268-282 SM. Ashoka merupakan cucu dari Candragupta Maurya. Pada masa
pemerintahannya, Kerajaan Maurya mengalami masa yang gemilang. Kalingga dan
Dekkan berhasil dikuasainya. Namun, setelah ia menyaksikan korban bencana
perang yang maha dahsyat di Kalingga, timbul penyesalan dan tidak lagi
melakukan peperangan.
Ashoka King of Maurya
Mula-mula Ashoka beragama Hindu, tetapi
kemudian menjadi pengikut agama Buddha. Sejak saat itu Ashoka menjadikan agama
Buddha sebagai agama resmi negara. Setelah Ashoka meninggal, kerajaan
terpecah-belah menjadi kerajaan kecil. Peperangan sering terjadi dan baru pada
abad ke-4 M muncul seorang raja yang berhasil mempersatukan kerajaan yang
terpecah belah itu. Maka berdirilah Kerajaan Gupta dengan Candragupta I sebagai
rajanya.
7.
Kepercayaan
Sistem kepercayaan masyarakat Lembah Sungai
Indus bersifat politeisme atau memuja banyak dewa. Dewa-dewa tersebut misalnya
dewa kesuburan dan kemakmuran (Dewi Ibu). Masyarakat lembah Sungai Indus juga
menyembah binatang-binatang seperti buaya dan gajah serta menyembah pohon
seperti pohon pipal (beringin). Pemujaan tersebut dimaksudkan sebagai tanda terima
kasih terhadap kehidupan yang dinikmatinya, berupa kesejahteraan dan
perdamaian.
( Dari berbagai macam sumber )
No comments:
Post a Comment