Thursday, October 5, 2017

Sejarah Akademi Militer TNI



Sejarah Akademi Militer (Akmil) bermula dari didirikannya Militaire Academie (MA) Yogyakarta pada tanggal 31 Oktober 1945, atas perintah Kepala Staf Umum Tentara Keamanan Rakyat, Letnan Jenderal TNI Oerip Soemohardjo. Pada tahun 1950, MA Yogyakarta setelah meluluskan dua angkatan, karena alasan tehnis, ditutup untuk sementara dan taruna angkatan ketiga menyelesaikan pendidikannya di KMA Breda, Nederland. Pada kurun waktu yang sama diberbagai tempat lain (Malang, Mojoangung, Salatiga, Tangerang, Palembang, Bukit Tinggi, Brastagi, Prapat) didirikan Sekolah Perwira Darurat untuk memenuhi kebutuhan TNI AD / ABRI pada waktu itu.



Pada tanggal 1 Januari 1951 di Bandung didirikan SPGi AD (Sekolah Perwira Genie Angkatan Darat), dan pada tanggal 23 September 1956 berubah menjadi ATEKAD (Akademi Teknik Angkatan Darat). Sementara itu pula pada tanggal 13 Januari 1951 didirikan pula P3AD (Pusat Pendidikan Perwira Angkatan Darat) di Bandung. Mengingat pada saat itu banyak sekolah perwira TNI AD, maka muncul gagasan dari pimpinan TNI AD untuk mendirikan suatu Akademi Militer, gagasan ini pertama kali dimunculkan pada sidang parlemen oleh Menteri Pertahanan pada tahun 1952. Setelah melalui berbagai proses, maka pada tanggal 11 Nopember 1957 pukul 11.00 Presiden RI Ir Soekarno selaku Panglima Tertinggi Angkatan Perang RI, meresmikan pembukaan kembali Akademi Militer Nasional yang berkedudukan di Magelang. Akademi Militer ini merupakan kelanjutan dari MA Yogyakarta dan taruna masukan tahun 1957 ini dinyatakan sebagai Taruna AMN angkatan ke-4.
Pada tahun 1961 Akademi Militer Nasional Magelang di integrasikan dengan ATEKAD Bandung dengan nama Akademi Militer Nasional dan berkedudukan di Magelang.

Mengingat pada saat itu masing-masing angkatan (AD, AL, AU dan Polri) memiliki Akademi, maka pada tanggal 16 Desember 1965 seluruh Akademi Angkatan (AMN, AAL, AAU dan AAK) diintegrasikan menjadi Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI). Sesuai dengan tuntutan tugas, maka pada tanggal 29 Januari 1967 Akabri di Magelang diresmikan menjadi Akabri Udarat, yang meliputi dua Akabri bagian di bawah satu pimpinan, yaitu Akabri Bagian Umum dan Akabri bagian Darat. Akabri Bagian Umum mendidik taruna TK-I selama satu tahun, termasuk Pendidikan Dasar Keprajuritan Chandradimuka, sedangkan Akabri bagian Darat mendidik taruna Akabri Bagian Darat mulai TK-II sampai dengan TK-IV. Pada tanggal 29 September 1979 Akabri Udarat berubah namanya menjadi Akabri Bagian Darat.

Saturday, May 20, 2017

Sejarah Kodam III Siliwangi


 Komando Daerah Militer III/Siliwangi (sering disingkat Kodam III, Kodam Siliwangi, atau Kodam III/Siliwangi) merupakan Komando Kewilayahan Pertahanan yang meliputi provinsi Jawa Barat dan provinsi Banten. Motto Kodam Siliwangi adalah Esa Hilang, Dua Terbilang.

Sejarah Pembentukan
Lima hari setelah proklamasi, pada 22 Agustus 1945, pemerintah membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) sebagai wadah perjuangan. Seiring dengan ancaman yang kian meningkat, pada 5 Oktober 1945, BKR kemudian diubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Jawa Barat kebagian membentuk Komandemen-I TKR yang membawahkan 3 divisi. Divisi-I meliputi Keresidenan Banten dan Bogor (bermarkas di Serang), Divisi-II meliputi Keresidenan Jakarta dan Cirebon (bermarkas di Linggarjati, dan Divisi-III meliputi Keresidenan Priangan (bermarkas di Bandung).
 Hijrah Divisi Siliwangi ke Jawah Tengah
Tanggal 20 Mei 1948, ketiga divisi tersebut disatukan menjadi "Divisi Siliwangi" dan bermarkas di Tasikmalaya. Nama Siliwangi terus dipertahankan, walaupun nama kesatuan berubah menjadi Tentara & Teritorium (T & T) III Siliwangi, 24 Juli 1950. Kemudian menjadi Kodam VI/Siliwangi, 24 Oktober 1959 dan menjadi Kodam III/Siliwangi, 2 Februari 1985. Momentum pemilihan nama "Siliwangi" pertama kali, 20 Mei menjadi hari jadi Kodam III/Siliwangi.
Panglima Siliwangi menurut urutannya dengan pangkat waktu menjabat panglima:
  1. Kolonel TNI A. H. Nasution (1946-1948)
  2. Letkol TNI Daan Jahja (1948)
  3. Letkol TNI Abimanyu (1948 – 1949)
  4. Kolonel TNI Sadikin (1949 – 1951)
  5. Kolonel TNI A. E. Kawilarang (1951 – 1956)
  6. Kolonel TNI Dadang Suprajogi (1956 – 1958)
  7. Kolonel TNI R. A. Kosasih (1958 – 1960)
  8. Mayjen TNI Ibrahim Aji (1960 – 1966)
  9.  Mayjen TNI H. R. Dharsono (1966-1969)
  10. Mayjen TNI A. J. Witono (1969 - 1972)
  11. Mayjen TNI Wahyu Hagono (1972 - 1974)
  12. Mayjen TNI Aang Kunaefi (1974 - 1975)
  13. Mayjen TNI Himawan Soetanto (1975-1978)
  14. Mayjen TNI Yogie S. Memet (1978-1983)
  15.  Mayjen TNI Edi Sudradjat (1983-1985)
  16. Mayjen TNI R. I. Siregar (1985-1988)
  17. Mayjen TNI Djamari Chaniago (?-?)
  18. Mayjen TNI Nuriana (?-?)
  19. Mayjen TNI Tayo Tarmadi (1995-1997)
  20. Mayjen TNI Slamet Supriadi (?-?)
  21. Mayjen TNI Zainuri Hasyim (?-?)
  22. Mayjen TNI Darsono (9 Juli 2001 - 24 Juli 2002)
  23. Mayjen TNI Iwan Sulandjana (24 Juli 2002 - 14 Februari 2005)
  24. Mayjen TNI Sriyanto Muntrasan (14 Februari 2005 - 11 September 2006)
  25. Mayjen TNI George Toisutta (11 September 2006 - 7 Nopember 2007)
  26. Mayjen TNI Suroyo Gino (7 Nopember 2007 - 13 November 2008)
  27. Mayjen TNI Rasyid Qurnaen Aquary (13 November 2008 - Oktober 2009)
  28. Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo (Oktober 2009 - 30 September 2010)
  29. Letjen TNI Moeldoko (30 September 2010 - 2011)
  30. Mayjen TNI Drs.Muhammad Munir (2011S/d14Maret - 2012)
  31. Mayjen TNI Drs.Sonny Widjaja(14Maret 2012- Sampai Sekarang
Serah terima jabatan Panglima TT-IIII/Siliwangi
kepada Kol. A.E. Kawilarang
Selain mereka, ada pula Letjen Kemal Idris dan Solihin G. P. yang sebenarnya tidak pernah menjadi Panglima Siliwangi. Kemal Idris adalah Pangkostrad terahir di Siliwangi menjabat Danrem Cirebon dan Solihin GP adalah Panglima Kodam XIV/Hasanudin terakhir di Siliwangi menjabat Assisten II operasi.

Korem di bawah Kodam III / Siliwangi
1. Korem 061/Surya Kencana (SK)
  • Kodim 0606/Bogor
  • Kodim 0607/Sukabumi
  • Kodim 0608/Cianjur
  • Kodim 0621/Kabupaten Bogor
2. Korem 062/Taruma Nagara (TN)
  • Kodim 0609/Kabupaten Bandung
  • Kodim 0610/Sumedang
  • Kodim 0611/Garut
  • Kodim 0612/Tasikmalaya
  • Kodim 0613/Ciamis
3. Korem 063/Sunan Gunung Djati (SGJ)
  • Kodim 0604/Karawang
  • Kodim 0605/Subang
  • Kodim 0614/Cirebon
  • Kodim 0615/Kuningan
  • Kodim 0616/Indramayu
  • Kodim 0617/Majalengka
  • Kodim 0619/Purwakarta
  • Kodim 0620/Kabupaten Cirebon
4. Korem 064/Maulana Yusuf (MY)
  • Kodim 0601/Pandeglang
  • Kodim 0602/Serang
  • Kodim 0603/Lebak
  • Kodim 0623/Cilegon
5. Resimen Induk Kodam III/Siliwangi

Satuan-satuan  dibawah Kodam III/Siliwangi
  • Brigade Infanteri 15/Kujang II
  • Yonif 300/Raider
  • Yonif 301/Prabu Kian Santang
  • Yonif 310/Kidang Kencana
  • Yonif 312/Kala Hitam
  • Yonif 315/Garuda
  • Yonif 320/Badak Putih
  • Yonkav 4
  • Yon Zipur 3
  • Yon Arhanudse 14
  • Yon Arhanudri 3
  • Yon Armed 4
  • Yon Armed 5

Wednesday, April 5, 2017

5 Metode Hukuman Mati Yang Pernah Ada

Hukuman mati merupakan salah satu hukuman dengan tingkatan paling tinggi terhadap seorang terdakwa. Hukuman mati sekarang menuai pro dan kontra. Mereka yang pro beralasan bahwa hukuman mati bagi seorang yang melakukan kejahatan besar merupakan hal yang tepat yang dapat memberikan efek jera, dan mereka yang kontra menganggap hukuman mati merupakan pelanggaran hak azasi manusia.
Pada zaman sekarang hukuman mati dilakukan semanusiawi mungkin dengan tujuan untuk mengurangi mempercepat penderitaan terhukum seperti dengan suntik mati, namun tahukan bahwa dijaman dahulu manusia pernah melakukan cara yang brutal dalam melakukan hukuman mati, cara-cara tersebut diyakini sekarang sudah tidak digunakan lagi, berikut 5 cara brutal hukuman mati yang pernah dilakukan manusia.
1. Lingchi

Lingchi adalah bentuk penghukuman mati di Cina yang dipraktikkan dari tahun 900 hingga 1905. Dalam hukuman ini, terdakwa diikat di tiang kayu di depan umum, lalu bagian tubuhnya diiris satu per satu, dan terdakwa dibiarkan hidup dalam proses ini. Opium kadang-kadang digunakan sebagai belas kasihan atau agar terdakwa tidak pingsan.
2. Eksekusi Mati dengan Gajah

Eksekusi Mati dengan Gajah adalah suatu metode hukuman mati selama ribuan tahun yang umum dilakukan di Asia Selatan dan Tenggara, dan khususnya di India. Gajah Asia digunakan untuk menghancurkan, mengoyak-ngoyak, atau menyiksa tawanan di depan umum. Hewan-hewan gajah tersebut terlatih dan serbaguna, mampu membunuh dengan cepat atau menyiksan korban perlahan-lahan. Hukuman mati dengan menggunakan gajah dilakukan oleh penguasa untuk menegaskan kekuasaannya dan menunjukkan kehebatannya dalam menaklukan hewan liar.
Pemandangan ketika gajah membunuh tawanan telah menarik banyak perhatian dan biasanya membuat para pelancong dari Eropa ketakutan, dan banyak dicatat dalam berbagai jurnal kontemporer maupun catatan perjalanan di Asia. Praktik ini pada akhirnya dilarang oleh para penjajah Eropa ketika menguasai daerah-daerah di Asia pada abad ke-18 dan 19. Selain di Asia, hukuman mati oleh gajah juga pernah diadopsi oleh kekuasaan di Barat, misalnya Romawi dan Kartago, khususnya terhadap tentara yang memberontak.
3. Dikuliti dan dibakar

Menguliti adalah sebuah aktivitas mengangkat sebuah kulit dan biasa dilakukan dengan sebuah pisau. Proses ini biasa dilakukan terhadap binatang yang telah mati, sebagai salah satu persiapan untuk mengonsumsi daging dan kulitnya digunakan untuk keperluan lain. Menguliti bisa juga dilakukan terhadap manusia hidup sebagai salah satu bentuk hukuman. Ketika pengangkatan sebuah kulit terjadi terhadap seseorang, teramat sangat menyakitkan, ini adalah sebuah metoda brutal dari sebuah eksekusi.
Bangsa Assyria telah mempraktikkan hukuman menguliti terhadap tawanannya. Setelah dikuliti, korban lalu dibakar hidup-hidup. Kulit kemudian digantung di pintu gerbang kota, dengan maksud mendapatkan penghormatan dari bangsa Israel.
4. Eksekusi Gergaji 

Eksekusi Gergaji adalah metode eksekusi yang digunakan di Eropa di bawah Kekaisaran Romawi, di Timur Tengah, dan di bagian Asia. Beberapa sumber mengatakan bahwa metode itu mungkin tidak pernah digunakan. Sang terhukum digantung terbalik kemudian digergaji mulai dari pangkal paha hingga terbagi menjadi dua. Karena tubuh terbalik, otak menerima suplai darah yang terus menerus meskipun pendarahan parah, kesadaran terhukum masih terjaga.
5. Penyulaan

Pada beberapa budaya, ada beberapa metoda eksekusi melalui cara penyulaan, dimana tubuh terhukum ditombak oleh benda asing seperti tiang, atau tombak, dari pangkal paha hingga kepala. Kemudian tubuh pelaku dipertontonkan dimuka umum. Eksekusi ini mirip dengan metoda yang dilakukan terhadap praktik kambing guling. 

Wednesday, March 22, 2017

Sejarah Gerakan Yahudi di Indonesia (Freemasonry)

Freemasonry (bahasa Inggris) atau Vrijmetselarij (bahasa Belanda) adalah sebuah organisasi persaudaraan internasional. Freemasonry pada zaman modern dimulai dengan berdirinya Grand Lodge di London, Inggris pada tahun 1717. Sebagian peneliti Barat berkeyakinan bahwa Freemasonry sebenarnya sudah didirikan di Skotlandia pada abad ke-14, saat Ksatria Templar ditumpas oleh Raja Perancis Philipe le Bel dan Paus Klemens V.
Simbol-simbol Freemasonry / Masonic / Illuminati gerakan zionis Israel.

Di Skotlandia, Templar ini menyusup ke dalam Serikat Tukang Batu (Mason) dan menguasai gilda-gilda serikat pekerjanya (Loji). Mereka kemudian memproklamirkan diri sebagai Freemasonry, sebuah istilah yang sebenarnya nama lain dari perkumpulan Kabbalah Yahudi-Talmud. Dari Eropa, Freemasonry yang terbagi dalam dua kelompok besar (Ritus Skotlandia dan Ritus York) menyebar ke seluruh dunia termasuk ke Hindia Belanda.
VOC , Maskapai Dagang Hindia Belanda, pembawa gerakan freemasonry di Nusantara

Maskapai perdagangan Hindia Belanda, VOC, merupakan maskapai perdagangan terbesar dunia kala itu dan dimiliki oleh Freemasonry. Nona Helena Blavatsky dan Kolonel Henry Steel Olcott tercatat sebagai orang-orang yang membawa gerakan mistik ini ke Nusantara.
Organisasi ini mengklaim di seluruh dunia mereka memiliki anggota sebanyak 5 juta jiwa. Beberapa gereja Eropa melarang umatnya menjadi anggota gerakan ini.