Tuesday, November 27, 2012

MEMBANGUN BANGSA BERKARAKTER SANTUN MELALUI PENDIDIKAN NILAI DI SEKOLAH


Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd

Dewasa ini, tidak sedikit orang menggunakan lidahnya secara bebas tanpa didasari oleh pertimbangan-pertimbangan moral, nilai, maupun agama. Akibat kebebasan tanpa nilai itu, lahir berbagai pertentangan dan perselisihan di kalangan masyarakat. Demo mahasiswa  sebagai komunitas intelektual, kini seringkali diringi oleh kata-kata hujatan yang jauh dari etika kesantunan. Demikian halnya dengan bentuk ketidakpuasan anggota DPR terhadap pimpinan DPR dan pemerintah, tidak sedikit yang menyampaikannya dengan ungkapan yang jauh dari nilai-nilai kesantunan. Dalam konteks pergaulan seharihari, kini tidak sedikit kaum remaja Indonesia yang tampak seolah tidak mengenal etika kesantunan yang semestinya ia tunjukan sebagai hasil dari pendidikan di keluarga, sekolah dan masyarakat. Kondisi demikian menjadikan terkikisnya karakter bangsa Indonesia yang sejatinya dikenal dengan bangsa berkarakter santun.

Dalam studi yang dilakukan di SMU Negeri 2 Bandung (2002), diperoleh hasi kajian bahwa ada anak didik yang berperilaku santun dan ada pula yang tidak santun. Perilaku santun terlihat dari sikap anak didik saat bertemu dengan guru, karyawan, dan dengan anak didik sendiri, seperti jabatan tangan dan cium tangan. Ucapan-ucapan yang menggambarkan kesantunan seperti: permisi, terima kasih, mohon maaf disertai senyum hormat dan sebagainya. Sikap tidak santun muncul saat ada teguran, perintah, atau larangan yang tidak sesuai dengan hati nurani anak didik,seperti ucapan kata-kata jorok.

Upaya untuk menciptakan lingkungan masyarakat yang bertutur kata santun merupakan hal yang sangat penting. Karena masyarakat sekarang ini tengah bergerak ke arah yang semakin maju dan modern. Setiap perubahan masyarakat melahirkan konsekuensi-konsekuensi tertentu yang berkaitan dengan masalah nilai dan moral. Misalnya kemajuan bidang komunikasi melahirkan pergeseran budaya belajar anakanak dan benturan antara tradisi Barat yang bebas dengan tradisi Timur yang penuh keterbatasan norma. Demikian pula dampaknya pada nilai-nilai budaya termasuk tata cara dan kesantunan berbahasa di kalangan generasi muda termasuk pelajar. Dalam kondisi ini, pendidikan (khususnya sekolah) dituntut untuk memiliki kemampuan mendidik dan mengembangkan etika berbahasa santun agar anak didik dapat berkomunikasi dengan lebih baik. Sebab bagaimanapun berbahasa yang baik merupakan cermin kepribadian yang baik.

No comments:

Post a Comment