Prof. Dr.
H. Sofyan Sauri, M.Pd
Dewasa ini, tidak sedikit orang
menggunakan lidahnya secara bebas tanpa didasari oleh pertimbangan-pertimbangan
moral, nilai, maupun agama. Akibat kebebasan tanpa nilai itu, lahir berbagai
pertentangan dan perselisihan di kalangan masyarakat. Demo mahasiswa
sebagai komunitas intelektual, kini seringkali diringi oleh kata-kata hujatan yang
jauh dari etika kesantunan. Demikian halnya dengan bentuk ketidakpuasan anggota
DPR terhadap pimpinan DPR dan pemerintah, tidak sedikit yang menyampaikannya
dengan ungkapan yang jauh dari nilai-nilai kesantunan. Dalam konteks pergaulan
seharihari, kini tidak sedikit kaum remaja Indonesia yang tampak seolah tidak
mengenal etika kesantunan yang semestinya ia tunjukan sebagai hasil dari
pendidikan di keluarga, sekolah dan masyarakat. Kondisi demikian menjadikan
terkikisnya karakter bangsa Indonesia yang sejatinya dikenal dengan bangsa
berkarakter santun.
Dalam studi yang dilakukan di SMU
Negeri 2 Bandung (2002), diperoleh hasi kajian bahwa ada anak didik yang
berperilaku santun dan ada pula yang tidak santun. Perilaku santun terlihat
dari sikap anak didik saat bertemu dengan guru, karyawan, dan dengan anak didik
sendiri, seperti jabatan tangan dan cium tangan. Ucapan-ucapan yang
menggambarkan kesantunan seperti: permisi, terima kasih, mohon maaf disertai
senyum hormat dan sebagainya. Sikap tidak santun muncul saat ada teguran,
perintah, atau larangan yang tidak sesuai dengan hati nurani anak didik,seperti
ucapan kata-kata jorok.
Upaya
untuk menciptakan lingkungan masyarakat yang bertutur kata santun merupakan hal
yang sangat penting. Karena masyarakat sekarang ini tengah bergerak ke arah
yang semakin maju dan modern. Setiap perubahan masyarakat melahirkan
konsekuensi-konsekuensi tertentu yang berkaitan dengan masalah nilai dan moral.
Misalnya kemajuan bidang komunikasi melahirkan pergeseran budaya belajar
anakanak dan benturan antara tradisi Barat yang bebas dengan tradisi Timur yang
penuh keterbatasan norma. Demikian pula dampaknya pada nilai-nilai budaya
termasuk tata cara dan kesantunan berbahasa di kalangan generasi muda termasuk
pelajar. Dalam kondisi ini, pendidikan (khususnya sekolah) dituntut untuk
memiliki kemampuan mendidik dan mengembangkan etika berbahasa santun agar anak
didik dapat berkomunikasi dengan lebih baik. Sebab bagaimanapun berbahasa yang
baik merupakan cermin kepribadian yang baik.
No comments:
Post a Comment