Hal yang tidak biasa pernah menjadi berita Nasional di
berbagai media, tepatnya di Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan
Megaluh, Kabupaten Jombang. Dusun yang jauh dari perkotaan tersebut masyarakat
membicarakan ponari seorang anak SD yang dianggap dukun cilik karena dapat
menyembuhkan berbagai macam penyakit dengan batu sakti. Ponari dipercaya mampu
menyembuhkan penyakit dengan hanya meminum air yang dicelupkan batu
berkhasiat.
Setiap hari ribuan orang datang ke dusun kedungsari untuk
mendapatkan pengobatan ponari. Awalnya hanya puluhan lalu meningkat ratusan,
ribuan hingga puluhan ribu. Orang yang datang ke ponari berasal dari berbagai
daerah di jawa timur, jawa tengah hingga ada yang datang dari jakarta hingga
dusun yang awalnya sepi menjadi ramai. Karena banyaknya yang datang dan
menginginkan pengobatan ala ponari antrian menjadi panjang. Antrian yang
panjang dan banyaknya orang yang datang mengakibatkan kematian beberapa orang
yang terinjak-injak. Kematian tersebut terjadi karena ingin mendapatkan
segelas air yang di celupkan batu ajaib ponari yang dipercaya sim salabim dapat
mnyembuhkan berbagai macam penyakit. Ada apa?Apa yang terjadi hingga masyarakat
rela berdatangan berobat ke ponari?
Poster iklan Dukun Ponari sebagai sindiran sosial
Masyarakat sakit
Kepercayaan terhadap air yang dapat menyembuhkan berbagai
macam penyakit diakibatkan masyarakat yang menginginkan kesembuhan dengan cara
yang instan. Sehingga percaya terhadap hal-hal mistis, supranatural yang
sebagian besar tidak masuk akal. Menurut Dr. Fachmi idris (2008) hal ini
terjadi karena masyarakat tidak berpengetahuan tentang kesehatan rendah dan
budaya masyarakat yang sangatt percaya dengan hal-hal yang mistis. Selain itu
masyarakat yang menganggap biaya berobat ke dokter yang mahal dengan datang ke
ponari hanya dengan 10-20 ribu rupiah bisa langsung berobat. Tetapi tetap saja
berobat ke ponari tidak mempunyai tidak mempunyai landasan kedokteran berbasis
bukti (evidence based medicine) yang jelas.
Kepercayaan terhadap kemampuan ponari menyembuhkan dengan
segelas air yang dicelupkan batu, yang menrut riwayat di dapat ponari saat
bermain hujan lalu ada petir yang menghasilkan batu, diakibatkan mental
masyarakat yang sakit. Kepercayaan terhadap hal-hal yang tidak mempunyai
landasan kedokter berbasis bukti yang kuat membuat apa yang dipercaya tidak
bisa dibuktikan secara ilmiah. Kesembuhan yang terjadi bisa muncul mungkin
karena sugesti, tetapi tidak secara langsung karena pengobatan yang dilakukan,
sebuah keyakinan bahwa air yang dicelupkan bisa mnyembuhkan. Inilah kondisi
kepercayaan masyarakat yang irasional.
antrian warga yang percaya kehebatan dukun ponari "Masyarakat Sakit?"
Kepercayaan terhadap kemampuan air yang dicelupkan batu bisa
menyembuhkan berbagai macam penyakit juga tidak mempunyai landasan agama islam
yang jelas. Malah seperti yang pernyataan yang dikeluarkan MUI jombang bahwa
kepercayaan yang luar biasa itu seolah-olah ada kekuatan diluar Allah SWT itu
adalah syirik, dan syirik itu dosa sangat besar,”. Inilah bukti masyarakat
sakit berikutnya setelah secara ilmu kedokteran tidak dapat dibuktikan juga secara
landasan keagamaan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Sakitnya masayarakat
tersebut selain sakit fisik tetapi secara keyakinan juga telah melakukan
kesalahan sehingga perlu ada tidakan yang terorganisir dari berbagai pihak
untuk mengantisipasi kejadian seperti ini.
Kegagalan pemerintah
Masyarakat yang mengharapkan kesembuhan ke ponari dengan
tidak adanya penegtahuan yang baik masyarakat tentang kesehatan. Ketidak
pahaman ini bisa diakibatkan tidak berjalannya pendidikan kesehatan yang
harusnya menjadi tanggung jawab pemerintah. Kesehatan merupakan salah satu hak
dasar masyarakat yang harus di berikan termasuk dengan memberikan pendidikan
kesehatan yang baik. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat tersebut
selama ini dilakukan oleh puskesmas yang bersentuhan langsung dengan
masyarakat. Tetapi dari pengakuan masyarakat bahwa pelayanan puskesmas selama
ini sangat buruk seperti fasilitas yang seadanya, biaya yang mahal, serta
pendidikan kesehatan yang lemah.Menurut Dr. Fachmi idris Ketua Umum PB IDI,
Presiden Ikatan Dokter Asia Oseania, Departemen Kesehatan rupanya belum
cukup mampu membangun mindset masyarakat terhadap kredibilitas sarana dan
tenaga kesehatan formal yang ada. Kurangnya komunikasi, informasi, dan edukasi
oleh tenaga kesehatan merupakan faktor utama yang mengakibatkan fenomena
tersebut. Adanya kepercayaan yang lebih pada pelayanan kesehatan nonformal
mengindikasikan adanya “kesalahan” sektor kesehatan formal dalam
mengimplementasikan suatu sistem kesehatan yang memungkinkan setiap orang dapat
berkonsultasi kapan pun dan di mana pun melalui sistem Jamkesmas yang efektif
dan efisien pada sarana kesehatan formal yang ada. Walaupun erbagai program
kesehatan yang dijalankan mulai dari puskesmas, posyandu hingga Jamkesmas
(”berobat gratis”), yang seharusnya mampu membangun kredibilitas dan
kepercayaan masyarakat terhadap tenaga dan sarana kesehatan formal—yang
berbiaya triliunan rupiah—, ternyata kalah pamor dengan kehebatan dukun cilik
Ponari (Harian Seputar Indonesia, Kamis 19 Februari 2009).
Selama ini fasilitas kesehatan yang disediakan pemerintah
masih sangat minim dan mahal. Hal ini juga menjadi alasan masayarakat yang
datang keponari. Dengan tarif yang tidak ditentukan warga mendapatkan
pengobatan walaupun belum tentu bisa menyembuhkan tetapi ini menunjukkan selama
ini merasa tidak terfasilitasi oleh fasilitas yang selama ini disediakan oleh
pemerintah. Lihat saja jika ingin datang ke dokter hanya untuk pemeriksaan
harus merogoh kocek minimal 50 ribu rupiah. Apalagi kalau sakit yang parah dan
membutuhkan perawatan biaya yang dikeluarkan bisa menembus puluhan juta rupiah.
Harapan kedepan
Perlu adanya peran dari berbagai pihak dalam menyelesaikan
persoalan yang dialami masyarakat. Mulai dari pemahaman akan nilai islam yang
mengatakan bahwa syirik mempunyai keyakinan selain kepada Allah
SWT, ini bisa dilakukan oleh para ulama. Pemahaman akan nilai islam bisa
dilakukan dengan pembinaan majelis taklim, optimalisasi peran pesantren yang
banyak di jawa timur serta adanya ketegasan dari ulama bahwa mempercayai batu
bisa menyembuhkan adalah syirik. Pembinaan nilai keislaman masyarakat
membutuhkan perhatian berbagai pihak merupakan suatu kerusakan yang besar
apabila terjadi kesyirikan di masyarakat.
Pemerintah perlu melakukan pembinaan kesehatan yang baik, memberikan
fasilitas kesehatan yang terjangkau karena merupakan kewajiban pemerintah untuk
memberikan hak-hak dasar masyarakat salah satunya kesehatan. Pembinaan
kesehatan bisa dilakukan oleh puskesmas yang merupakan ujung tombak pembinaan
kesehatan. Berikan kesehatan gratis yang berkualitas sehingga tidak ada alasan
masyarakat untuk mendatangi dukun yang pada kenyataan belum tentu juga dapat
menyembuhkan. Dari beberapa pengakuan warga yang berobat ke ponari tidak semua
sembuh. Kalaupun sembuh itu hanya sugesti karena tidak mempunyai landasan medis
yang kuat.
Apa peran mahasiswa ?? kejadian dijombang hanya sedikit yang
terungkap masih banyak lagi disekitar kejadian yang mirip bahkan sama. Di tuban
dan madura bermunculan dukun cilik yang mengaku juga dapat menyembuhkan
(liputan 6.com). mahasiswa bisa memberikan edukasi ke masyarakat sekitar kita
agar bisa dicerdaskan. Memberikan pengetahuan tentang bagaimana proses agara
mendapatkan pelayanan gratis di fasilitas pemerintah(seharusnya pemerintah
tidak mempersulit) . Cek disekeliling kita pastikan kita tidak melakukan
kesyirikan yang sama atau malah lebih parah. Nudzubillah.
No comments:
Post a Comment