Tuesday, April 10, 2012

Fenomena Dukun Cilik Poenari Sebuah Gambaran Masyarakat Sakit dan Ketidakberdayaan Pemerintah


Hal yang tidak biasa pernah menjadi berita Nasional di berbagai media, tepatnya di Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang. Dusun yang jauh dari perkotaan tersebut masyarakat membicarakan ponari seorang anak SD yang dianggap dukun cilik karena dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit dengan batu sakti. Ponari dipercaya mampu menyembuhkan penyakit  dengan hanya meminum air yang dicelupkan batu berkhasiat.
Setiap hari ribuan orang datang ke dusun kedungsari untuk mendapatkan pengobatan ponari. Awalnya hanya puluhan lalu meningkat ratusan, ribuan hingga puluhan ribu. Orang yang datang ke ponari berasal dari berbagai daerah di jawa timur, jawa tengah hingga ada yang datang dari jakarta hingga dusun yang awalnya sepi menjadi ramai. Karena banyaknya yang datang dan menginginkan pengobatan ala ponari antrian menjadi panjang. Antrian yang panjang dan banyaknya orang yang datang mengakibatkan kematian beberapa orang yang terinjak-injak. Kematian tersebut terjadi karena ingin  mendapatkan segelas air yang di celupkan batu ajaib ponari yang dipercaya sim salabim dapat mnyembuhkan berbagai macam penyakit. Ada apa?Apa yang terjadi hingga masyarakat rela berdatangan berobat ke ponari?
 Poster iklan Dukun Ponari sebagai sindiran sosial
Masyarakat sakit
Kepercayaan terhadap air yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit diakibatkan masyarakat yang menginginkan kesembuhan dengan cara yang instan. Sehingga percaya terhadap hal-hal mistis, supranatural yang sebagian besar tidak masuk akal.  Menurut Dr. Fachmi idris (2008) hal ini terjadi karena masyarakat tidak berpengetahuan tentang kesehatan rendah dan budaya masyarakat yang sangatt percaya dengan hal-hal yang mistis. Selain itu masyarakat yang menganggap biaya berobat ke dokter yang mahal dengan datang ke ponari hanya dengan 10-20 ribu rupiah bisa langsung berobat. Tetapi tetap saja berobat ke ponari tidak mempunyai tidak mempunyai landasan kedokteran berbasis bukti (evidence based medicine) yang jelas.
Kepercayaan terhadap kemampuan ponari menyembuhkan dengan segelas air yang dicelupkan batu, yang menrut riwayat di dapat ponari saat bermain hujan lalu ada petir yang menghasilkan batu, diakibatkan mental masyarakat yang sakit. Kepercayaan terhadap hal-hal yang tidak mempunyai landasan kedokter berbasis bukti yang kuat membuat apa yang dipercaya tidak bisa dibuktikan secara ilmiah. Kesembuhan yang terjadi bisa muncul mungkin karena sugesti, tetapi tidak secara langsung karena pengobatan yang dilakukan, sebuah keyakinan bahwa air yang dicelupkan bisa mnyembuhkan. Inilah kondisi kepercayaan masyarakat yang irasional.
 antrian warga yang percaya kehebatan dukun ponari "Masyarakat Sakit?"
Kepercayaan terhadap kemampuan air yang dicelupkan batu bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit juga tidak mempunyai landasan agama islam yang jelas. Malah seperti yang pernyataan yang dikeluarkan MUI jombang bahwa kepercayaan yang luar biasa itu seolah-olah ada kekuatan diluar Allah SWT itu adalah syirik, dan syirik itu dosa sangat besar,”. Inilah bukti masyarakat sakit berikutnya setelah secara ilmu kedokteran tidak dapat dibuktikan juga secara landasan keagamaan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Sakitnya masayarakat tersebut selain sakit fisik tetapi secara keyakinan juga telah melakukan kesalahan sehingga perlu ada tidakan yang terorganisir dari berbagai pihak untuk mengantisipasi kejadian seperti ini.
Kegagalan pemerintah
Masyarakat yang mengharapkan kesembuhan ke ponari dengan tidak adanya penegtahuan yang baik masyarakat tentang kesehatan. Ketidak pahaman ini bisa diakibatkan tidak berjalannya pendidikan  kesehatan yang harusnya menjadi tanggung jawab pemerintah. Kesehatan merupakan salah satu hak dasar masyarakat yang harus di berikan termasuk dengan memberikan pendidikan kesehatan yang baik.  Pendidikan kesehatan kepada masyarakat tersebut selama ini dilakukan oleh puskesmas yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Tetapi dari pengakuan masyarakat bahwa pelayanan puskesmas selama ini sangat buruk seperti fasilitas yang seadanya, biaya yang mahal, serta pendidikan kesehatan yang lemah.Menurut Dr. Fachmi idris Ketua Umum PB IDI, Presiden Ikatan Dokter Asia Oseania, Departemen Kesehatan rupanya belum cukup mampu membangun mindset masyarakat terhadap kredibilitas sarana dan tenaga kesehatan formal yang ada. Kurangnya komunikasi, informasi, dan edukasi oleh tenaga kesehatan merupakan faktor utama yang mengakibatkan fenomena tersebut. Adanya kepercayaan yang lebih pada pelayanan kesehatan nonformal mengindikasikan adanya “kesalahan” sektor kesehatan formal dalam mengimplementasikan suatu sistem kesehatan yang memungkinkan setiap orang dapat berkonsultasi kapan pun dan di mana pun melalui sistem Jamkesmas yang efektif dan efisien pada sarana kesehatan formal yang ada. Walaupun erbagai program kesehatan yang dijalankan mulai dari puskesmas, posyandu hingga Jamkesmas (”berobat gratis”), yang seharusnya mampu membangun kredibilitas dan kepercayaan masyarakat terhadap tenaga dan sarana kesehatan formal—yang berbiaya triliunan rupiah—, ternyata kalah pamor dengan kehebatan dukun cilik Ponari (Harian Seputar Indonesia, Kamis 19 Februari 2009).
Selama ini fasilitas kesehatan yang disediakan pemerintah masih sangat minim dan mahal. Hal ini juga menjadi alasan masayarakat yang datang keponari. Dengan tarif yang tidak ditentukan warga mendapatkan pengobatan walaupun belum tentu bisa menyembuhkan tetapi ini menunjukkan selama ini merasa tidak terfasilitasi oleh fasilitas yang selama ini disediakan oleh pemerintah. Lihat saja jika ingin datang ke dokter hanya untuk pemeriksaan harus merogoh kocek minimal 50 ribu rupiah. Apalagi kalau sakit yang parah dan membutuhkan perawatan biaya yang dikeluarkan bisa menembus puluhan juta rupiah.
Harapan kedepan
Perlu adanya peran dari berbagai pihak dalam menyelesaikan persoalan yang dialami masyarakat. Mulai dari pemahaman akan nilai islam yang mengatakan bahwa syirik mempunyai keyakinan   selain kepada Allah SWT, ini  bisa dilakukan oleh para ulama. Pemahaman akan nilai islam bisa dilakukan dengan pembinaan majelis taklim, optimalisasi peran pesantren yang banyak di jawa timur serta adanya ketegasan dari ulama bahwa mempercayai batu bisa menyembuhkan adalah syirik. Pembinaan nilai keislaman masyarakat membutuhkan perhatian berbagai pihak merupakan suatu kerusakan yang besar apabila terjadi kesyirikan di masyarakat.
Pemerintah perlu melakukan pembinaan kesehatan yang baik, memberikan fasilitas kesehatan yang terjangkau karena merupakan kewajiban pemerintah untuk memberikan hak-hak dasar masyarakat salah satunya kesehatan. Pembinaan kesehatan bisa dilakukan oleh puskesmas yang merupakan ujung tombak pembinaan kesehatan. Berikan kesehatan gratis yang berkualitas sehingga tidak ada alasan masyarakat untuk mendatangi dukun yang pada kenyataan belum tentu juga dapat menyembuhkan. Dari beberapa pengakuan warga yang berobat ke ponari tidak semua sembuh. Kalaupun sembuh itu hanya sugesti karena tidak mempunyai landasan medis yang kuat.
Apa peran mahasiswa ?? kejadian dijombang hanya sedikit yang terungkap masih banyak lagi disekitar kejadian yang mirip bahkan sama. Di tuban dan madura bermunculan dukun cilik yang mengaku juga dapat menyembuhkan  (liputan 6.com). mahasiswa bisa memberikan edukasi ke masyarakat sekitar kita agar bisa dicerdaskan. Memberikan pengetahuan tentang bagaimana proses agara mendapatkan pelayanan gratis di fasilitas pemerintah(seharusnya pemerintah tidak mempersulit) . Cek disekeliling kita pastikan kita tidak melakukan kesyirikan yang sama atau malah lebih parah. Nudzubillah.
Oleh : Ahmat setiabudi (copas from : http://salam.ui.ac.id )

No comments:

Post a Comment