Apakah
engkau masih teringat ketika ibumu berkisah tentang bagaimana perasaannya
ketika kabar bahagia yang telah ia dapatkan, suatu kabar yang seluruh ibu di
seluruh penjuru negeri sangat memahami maknanya dengan baik, suatu kabar yang
merupakan awal kegembiraan dan sekaligus perubahan psikis dan fisik seorang ibu
dan suatu kabar yang sekaligus merupakan secerca harapan besar yang telah
dipersiapkan olehnya. Benar, tidak lain kabar tersebut adalah kabar bahwa akan
terlahirnya dirimu ke dunia.
Menunggu
dirimu yang masih berada di dalam kandungan merupakan sutu kenangan dan
kebahagiaan yang tiada batas oleh ibu. Suatu kebahagian yang memadamkan seluruh
rasa lelah, letih serta payah dan suatu kenangan indah yang saat ini masih
dikenang indah olehnya.
Tahukah engkau
saat usiamu di dalam kandungannya telah mencapai 120 hari, yaitu pada saat
Allah mengutus malaikat-Nya untuk meniupkan ruh ke dalam jasadmu dan sekaligus
menetapkan kebahagiaan serta kesedihanmu ketika berada di dunia dan di akhirat
sebagaimana yang telah dikabarkan oleh Nabi shalallahu ‘alahi wa salam,
Sesungguhnya tiap-tiap kalian
dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah,
kemudian menjadi ‘Alaqoh (segumpal darah) selama itu juga lalu menjadi Mudhghoh
(segumpal daging) selama itu juga, kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan
ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 kata : Rizki, Ajal, Amal
dan Celaka/bahagianya. (H.R. Bukhari dan Muslim).
Dan, saat
itu engkau mulai menggerak-gerakkan badanmu, engkau mulai bermain-main
sekehendakmu sendiri dan engkau memutar-mutarkan seluruh ragamu di dalam perut
ibumu yang sempit sebagai tanda bahwa engkau hidup di dalam kandungannya. Ibumu
sangat gembira merasakan keadaanmu meskipun rasa sakit, dan letih dirasakannya
seiring dengan bertambahnya umur dan berat badanmu.
Allah Ta’ala
menceritakan tentang keadaan ibumu pada saat itu,
Ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu. (QS. Luqman 14)
Bagi ibu
kesabarannya pada saat itu merupakan kasih sayangnya untukmu, kegelisahannya
pada saat itu semata-mata hanya mengkhawatirkanmu dan kepenatan ibumu pada saat
itu adalah demi kesehatanmu serta tiada yang dilakukan ibumu pada saat
mengandungmu kecuali untuk memberikan yang terbaik untuk dirimu.
Waktu terus
berlalu dan saat itu pula engkau sudah tidak lagi betah untuk bermain-main di
dalam kandungan ibumu, engkau memberontak dan ibumupun mengetahui isyaratmu
bahwa engkau ingin segera keluar dari kandungannya, bergegas ibumu
membawamu ke tempat yang nyaman dan aman yang disitu kamu bisa dilahirkan
dengan baik, dan bersegera pula ayahmu mencari seorang yang ahli yang mampu
membantu untuk memenuhi keinginanmu keluar dari kandungan ibumu.
Saat itu
adalah saat yang sangat mendebarkan dan menegangkan bagi semua orang yang
mengharapkan kehadiranmu terutama bagi ibumu. Ketahuilah, saat itu ibumu
merasakan rasa sakit yang tidak pernah dirasakan sebelumnya dan perasaan
khawatir yang sangat besar akan keselamatanmu, hingga seolah-olah terdapat dua
pilihan yang nampak di depan matanya yaitu mati ataukah hidup. Dan aku yakin,
engkau pasti mengetahui apa yang dipilih oleh ibumu, dengan menahan rasa sakit
saat melahirkanmu, di dalam hati, ibumu seraya berdoa, “ Yaa Allah Rabku,
permudahlah kelahiran anakku, apabila saat ini adalah kematianku maka
matikanlah aku, namun biarkanlah anakku hidup sehingga dia dapat merasakan
dunia serta isinya yang telah engkau ciptakan untuknya.”.
Kemudian
segala Puji Hanya Milik Allah yang telah menyelamatkanmu sehingga engkau telah
terlahir dan yang telah menciptakanmu dengan sempurna.
Akhirnya
pada saat itu engkaupun menangis dan jeritan tangismu meneteskan air mata
kegembiraan bagi seluruh keluarga yang menunggumu, tampak tubuhmu yang berwarna
merah sebagai tanda bahwa engkau pernah menjadi satu bagian dalam tubuh ibumu
dan matamu yang terpejam mengisyaratkan tanda ketidaksiapanmu untuk melihat
dunia barumu. Semua tersenyum melihat keadaanamu, perasaan sakit yang diderita
ibumu seolah-olah teredam oleh kelahiranmu yang sempurna, kekhawatiran besar
ibumu kemudian berubah menjadi perasaan gembira dengan kedatanganmu, dan ayahmu
memeluk dan mencium kamu dan ibumu sebagai wujud kegembiraannya karena engkau
telah tiba.
Kemudian
waktu demi waktu telah berlalu dan kau pun mulai tumbuh dewasa, kau telah
pandai untuk membaca dan menghitung, dan bahkan engkau telah pandai untuk
membaca qur’an serta memberikan manfaat untuk benyak orang.
Saudaraku,
aku yakin kedewasaanmu saat ini engkau telah mempersiapkan segala sesuatu yang
terbaik untuk ibumu, engkau telah menabung dan merencanakan segala hal dalam
rangka untuk memberikan kebahagiaan untuk ibumu sebagai balas budi atas kasih
sayang dan susahpayahnya selama membesarkanmu, namun apakah engkau sanggup
untuk membalas semuanya? rasulullah mengatakan :
“Seorang anak tidak bisa membalas
budi orang tua, kecuali dia mendapati orangtuanya menjadi budak kemudian dia
membeli dan memerdekakannya.” (HR. Muslim)
Yang makna
hadits ini kemudian dijelaskan oleh Imam An-nawawi, “bahwa seorang anak tidak cukup membalas kebaikan dan memenuhi
hak-hak kedua orang tuanya kecuali anak tersebut memerdekakannya”. Dan
apakah pada saat ini masih ada perbudakan ??
Dalam hati
kecilmu mengatakan engkau akan dapat membuat mereka bahagia dengan segala
hal yang ada di dunia ini, padahal bukan itu sebenarnya yang mereka inginkan
darimu. Ketahuilah wahai saudaraku, kebahagiaan yang diharapkan oleh ibumu
bukan hanya sekedar terletak di dalam harta yang banyak, rumah yang bagus,
mobil yang mewah, memberikan ongkos haji, pasangan yang cantik jelita atau lain
sebagainya, namun mereka akan bahagia ketika kau senantiasa berbakti dan
berbuat baik kepada mereka dengan keindahan tuturkatamu, sopan santunmu dan
kebaikan hatimu.
Saudaraku,
bila kau meneliti dan belajar kembali segala hal yang terkandung di dalam agama
ini, sebenarnya islam adalah sumber petunjuk yang membimbing hidup manusia
untuk senantiasa berada dalam kebaikan, dengan kata lain orang yang berada
dalam kebaikan adalah orang yang paham tentang agamanya, rasulullah shalallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“barangsiapa yang Allah kehendaki
kebaikan, maka Allah akan pahamkan dia di dalam agama” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Banyak
sekali contoh-contoh dan bukti-bukti yang menunjukkan kebaikan dari agama ini,
khususnya dalam hal berbakti kepada orang tua yang bisa kau dapatkan dengan
cara membaca, duduk dalam majelis ilmu syar’i dan lain sebagainya yang kebaikan
tersebut apabila kau berikan kepada kedua orangtuamu maka akan berubah menjadi
suatu kebahagiaan yang akan dirasakan oleh hati mereka. Diantara salah satu
bukti kecilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala yang memerintahkan
hambanya untuk berbakti kepada orang tua, Allah ta’ala berfirman :
“ Kami perintahkan kepada manusia
supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan
susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai
menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan
umurnya sampai empat puluh tahun (QS, Al-Ahqaf 15)
“ Dan Kami perintahkan kepada
manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu. (QS, Al-Luqman 14)
Kemudian
Allah ta’ala juga memberikan bimbingan bagaimana seorang anak harus bersikap
baik kepada kedua orangtuanya terutama ketika mereka sudah lanjut usia, karena
pada saat itu keadaan orang tua adalah sangat lemah dan sangat membutuhkan
pertolongan dari anaknya, Allah berfirman :
Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia. (al-Isra’ 23)
Rasulullah shalallahu’alaihi
wa sallam juga telah banyak memberikan pelajaran tentang bagaimana cara
berbakti kepada orangtua melalui hadits beliau yang mengabarkan tentang
kisah-kisah orang-orang terdahulu dan para sahabat yang berbakti kepada
orangtuanya, diantaranya adalah kisah Uwais al-Qarni, kisah 3 orang yang
terperangkap di dalam goa yang kemudian sanggup keluar karena bertawasul dengan
dengan amal kebaikannya yaitu berbuat baik kepada orang tua dan kisah-kisah
yang lain.
Kemudian
dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu dalam hadits shahih yang
diriwayatkan Imam Bukhari dalam kitabnya Al-Adabul Mufrad. Ketika Abu Hurairah
ditanya bagaimana berbakti kepada kedua orang tua, ia berkata, “Janganlah engkau memberikan nama
seperti namanya, janganlah engkau berjalan dihadapannya, dan janganlah engkau
duduk sebelum dia duduk”
Meskipun
hal-hal diatas adalah teruntuk kedua orangtua secara umum, namun ketahuilah
wahai saudaraku, bahwa ibu adalah orang yang paling berhak untuk mendapatkan
segala perlakuan baik tersebut dan ibu harus lebih didahulukan karena beliau
lebih banyak bersusah payah, banyak memberikan kasih sayang dan pelayanan
kepada anaknya, ibu juga lebih banyak mengalami kesukaran disaat mengandung,
disaat menyusui, kemudian mendidik, melayani serta merawat anaknya ketika
sedang sakit dan lain sebagainya. Dari sahabat abu hurairah radiyalhu ‘anhu
beliau berkata : Datang seorang pria laki-laki kepada rasulullah kemudian
dia bertanya : Wahai rasulullah,
siapakah yang paling berhak untuk kuperlakukan dengan baik?” Beliau bersabda,
“Ibumu”, Orang tersebut bertanya lagi,”kemudian siapa?”. Beliau
bersabda,”Ibumu”. Orang tersebut bertanya lagi,”kemudian siapa?”. Beliau
bersabda,”Ibumu”. Orang tersebut bertanya lagi,”kemudian siapa?”. Beliau
bersabda,”Bapakmu” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan begitu
banyak balasan yang akan diberikan kepada Allah untukmu wahai saudaraku,
apabila engkau berbakti kepada kedua orangtuamu dengan ikhlas, semata-mata
hanya karena mendaptkan pahala dari Allah, diantaranya adalah Allah akan
memasukkan seseorang dari pintu surga yang paling tengah bagi anak yang bebakti
kepada kedua orangtuanya, Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda,”orangtua adalah pintu surga yang
paling tengah, apabila kau mau maka sia-siakanlah pintu tersebut atau
peliharalah. (HR, Tirmidzi).
Sebagai
penutup dari tulisanku ini, saudaraku berbaktilah kepada kedua orantuamu
terutama ibumu semata-mata karena Allah telah menyuruhmu untuk berbakti
kepadanya. Bersyukurlah kepada Allah yang telah menciptakanmu serta ayah dan
ibumu kemudian bersyukurlah kepada ibumu yang telah melahirkan dan merawatmu.
Bersegeralah untuk berbuat kebaikan karena engkau tidak mengetahui kapan dan
dimana engkau akan mati serta dimana tempatmu akan kembali.
Saudaraku,
manfaatkanlah waktu yang engkau miliki pada saat ini karena saat ini merupakan
sebab dan masa yang akan datang merupakan akibat dari segala sesuatu yang
engkau lakukan pada saat ini. Apabila saat ini engkau berbakti kepada
orangtuamu karena Allah semata maka yakinlah kelak anakmu juga akan membalasnya
karena seseorang yang menanam pasti akan memetik hasilnya dan balasan bagi
seseorang adalah tergantung dari amal perbuantannya.
Saudaraku,
ketahuilah bahwa segala sesuatu yang tercela adalah segala hal yang mengacaukan
hati dan perasaan takut apabila orang lain mengetahui, sedangkan segala sesuatu
yang terpuji adalah segala hal yang menentramkan hati dan perasaan bangga
ketika orang lain mengetahui.
Semoga Allah
memberikan kemudahan disetiap urusan-urusan kita yang baik dan semoga Allah
mengampuni dosa-dosaku, dosa-dosamu dan dosa kedua orang tua kita.
Selesai
tanggal 19 Maret 2010 jam 10.41pm
Sumber : Wisma
AlHijrah, Pogung Kidul, Utara Kampus Teknik UGM, Yogyakarta, oleh Hendra Yudi
Saputra
No comments:
Post a Comment