a. Du'at
'ala Abwabi Jahannam
Beberapa bulan lalu Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan
sebelas butir fatwa, di antaranya ; Pelarangan aliran Ahmadiyah di Indonesia Mengharamkan
Sekularisme, liberalisme dan Pluralisme agama.
Bagaikan orang tersayat sembilu, para penganjur kebatilan (du'at 'ala abwabi Jahannam) meraung,
merintih, dan mengeluarkan kata-kata, bahkan makian kepada lembaga keislaman
tertinggi di Bumi Pertiwi ini.
Abdurrahman Wahid, yang lebih dikenal Gus Dur,
membisikkan kepada Preisden bahwa fatwa tersebut bersifat tidak mengikat,
karena Indonesia adalah Negara Pancasila dan bukan Negara Islam. Dan dalam
acara perayaan Maulid Gus Dur (baca: ulang tahun) yang lalu, semboyan
"hidup Sekularisme", "hidup Pluralisme" pun dikumandangkan
sebagai ganti bacaan Qasidah Burdah
dalam perayaan Maulid Nabi. Juga sengaja diundang dalam perayaan tersebut ketua
Jemaat Ahmadiyah se-Indonesia.
Ulil
Abshar Abdalla -kafa nallahu syarrahu- melontarkan kata "tolol"
untuk Ketua MUI. Dan banyak lagi orang-orang yang semazhab dengan mereka yang
angkat bicara, mengeluarkan argument pembelaan terhadap aliran Ahmadiyah, Sekularisme,
liberalisme dan Pluralisme, yang seolah-olah mereka adalah kelompok tertindas,
teraniaya, terzhalimi. Syubhat-syubhat ini dikemas sedemikian rupa oleh media
informasi yang mayoritasnya berpihak kepada kebatilan.
Baru-baru ini, Adnan Buyung
Nasution -pengacara Nur Mahmudi dalam kasus penganuliran kemenangannya
dalam Pilkada Depok oleh Pengadilan Tinggi Jawa Barat- menyesalkan telah
membantu Nur Mahmudi, karena ketua DPR Komisi VII yang kebetulan berasal dari
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mendukung fatwa MUI dan menolak pengaduan
Ahmadiyah. Yang dalam kasus ini Adnan Buyung juga bertindak sebagai pengacara
Ahmadiyah, dia menyatakan bahwa Ahmadiyah terzhalimi.
b.Siapa yang menzhalimi dan terzhalimi
Benarkah jemaat Ahmadiyah, gerakan Sekularisme, Pluralisme,
Liberalisme dizhalimi? ataukah mereka sebenarnya yang menzhalimi? Mari kita
coba mendudukkan persoalannya seproposional mungkin. Berbuat zhalim yaitu:
merampas hak seseorang atau sekelompok orang. Mereka berargumen bahwa
pelarangan dan pengharaman aliran mereka berarti merampas hak kebebasan mereka
berpendapat, konklusinya bahwa pelarangan tersebut berarti penzhaliman terhadap
mereka. Untuk mengetahui sejauh mana kebenaran konklusi ini, mari kita uji
kebenaran premis yang mereka gunakan. Benarkah pelarangan dan pengharaman
aliran mereka merampas hak mereka? Mari kita lihat kenyataan sebenarnya! Islam
yang masuk ke Indonesia pada abad ke-13
yang dianut oleh nenek moyang kita dan yang kita anut sampai sekarang serta
dilindungi negara adalah islam yang menyakini : Al Qur'an sebagai kitab suci
yang tidak boleh ditambah atau dikurangi
Muhammad SAW adalah Nabi yang terakhir. Hanya islamlah agama yang benar, dan
Allah tidak menerima agama selain islam , Rukun
iman ada enam Dan lain-lain yang diketahui oleh setiap muslim secara aksiomatis Inilah akidah umat islam
Indonesia, yang merupakan hak azazi yang dilindungi oleh Negara R.I. Tapi
kemudian di awal abad ke-20 muncul aliran Ahmadiyah di India lalu menjalar ke
Indonesia, dan di awal tahun 70-an bergema gerakan Sekularisme, Pluralisme dan
Liberalisme yang menginjak-injak hak (akidah) umat islam dengan
pernyataan-pernyataan, antara lain; semua agama sama dan semua agama benar,
Mirza Ghulam Ahmad yang
lahir di India adalah nabi, rukun iman hanya ada lima, takdir tidak ada, hak
waris anak laki-laki sama dengan anak wanita, wanita boleh menjadi imam dan
khatib shalat Jumat, dsb. Lalu umat islam yang hak mereka dirampas dan
dinjak-injak tersebut meminta pemerintah untuk menindak dan menghentikan kezhaliman
terhadap mereka (umat islam), akan tetapi belum lagi pemerintah menindak mereka
(kaum kebatilan), mereka lebih dahulu berteriak bahwa mereka dizhalimi. Dalam
kehidupan sehari-hari logika yang mereka gunakan ini sering disebut
"maling teriak maling". Bila premise yang mereka gunakan tidak benar,
tentulah konklusinya menjadi salah. Jadi tidak benar mereka yang dizalimi, akan
tetapi merekalah yang menzalimi.
PAGARI AKIDAH ANDA!
Dalam laporannya, Ahmadiyah mengaku bahwa jemaat mereka di
Indonesia berjumlah ± 200.000 jiwa, ini artinya dalam setiap 200 orang islam di
Indonesia, 1 orang telah disesatkan oleh Ahmadiyah, ini kalau kita katakan
Muslim di Indonesia 200 juta orang, padahal jumlah sebenarnya kurang dari itu. Belum
lagi yang disesatkan oleh aliran-aliran lainnya, semisal; liberalisme,
sekularisme, sosialisme, LDII, Syi'ah, inkar sunnah, Jamaah Salamullah, Islam
murni, dan lain-lain. Kenyataan ini membuat bulu kuduk kita berdiri, kita hidup
di zaman fitnah dimana seseorang beriman di waktu pagi dan menjadi kafir di
waktu sore, beriman di waktu sore dan menjadi kafir di waktu pagi. Oleh karena
itu lakukanlah langkah-langkah berikut, semoga Allah menetapkan kaki kita
menapaki jalan-Nya yang lurus :
a. Kenalilah agama anda lebih mendalam lagi.
Manfaatkan keberadaan anda di perantauan ini dengan menuntut ilmu,
mengikuti majelis-majelis taklim, kuliah studi islam, membaca buku islami,
mendengarkan kaset-kaset ceramah agama, yang dapat menambah pengetahuan anda
tentang agama Allah,
dan menambah kedekatan anda dengan kitabullah dan sunnah Rasulullah. Kami pernah bertemu dengan salah seorang da'i aliran sesat,
ketika kami minta untuk tilawah Al Qur'an ternyata bacaannya seperti orang yang
belum tamat belajar Iqra', dengan demikian kami yakin dia disesatkan karena
ketidaktahuannya (kealpaannya) dengan agamanya, kemudian karena sedikit bisa
berdiplomasi maka dinobatkan sebagai da'i.
b. Pererat hubungan anda dengan ustadz (orang yang anda yakini
kebenaran akidahnya).
Mungkin anda tidak sempat mengikuti majelis taklim dan kuliah,
akan tetapi anda dapat mendiskusikan (bertanya) kepada para ustadz-ustadz
melalui telepon atau sms untuk hal-hal yang musykil bagi anda dalam masalah
agama. Logikanya, andai seekor anjing disanjung Allah dalam Kitab Suci-Nya lantaran
keakrabannya dengan 7 orang pemuda shalih, apatah lagi seorang bani Adam yang
memang telah dimuliakan Allah.
c. Bertemanlah dengan orang-orang yang mengingatkan anda akan
Allah.
Kalau saja anda tidak bisa menghadiri majelis taklim, kuliah serta
sungkan bertanya kepada para ustadz, pererat hubungan anda dengan teman sejawat
yang mengikuti aktivitas-aktivitas keislaman tersebut, semoga anda mendapatkan
bau wangi dan wewangian dari mereka di Dunia dan Akhirat. Jangan sampai anda
beranggapan bahwa tidak akan terjerat oleh kelompok-kelompok sesat, walau tanpa
melakukan salah satu langkah-langkah di atas, dalam kata lain: anda menghindar
dari majlis taklim, tidak bertanya kepada ustadz dan tidak berteman dengan
orang-orang yang aktif dalam dakwah telah bersabda Rasulullah SAW perumpamaan bahwa serigala hanya memangsa domba yang tertinggal dari rombongan ( insan yang memisahkan dirinya dari jamaah).
d. Perbanyaklah mengucapkan do'a:
Ya Muqallibal Qulub Tsabbit Qalbi 'ala Diinik : “Wahai
Yang memutar balikkan hati, tetapkanlah hati berada di atas agama-Mu”. Akhirnya
semoga Allah menghidupkan kita dalam islam, mewafatkan kita dalam iman,
menyatukan kita di akhirat bersama para Nabi, syuhada Allah orang-orang shalih
dan mengembalikan kaum muslimin yang tersesat ke pangkal jalan kebenaran, jalan yang di ridhoi Allah . Amin.
Penulis : Erwandi Tirmizi
Terbitan : Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah
Sumber : http://www.islamhouse.com
No comments:
Post a Comment